Summer Pain

Tittle              : Summer Pain

Author            : CoFFiee~

Main Cast        : Cho Kyuhyun as Marcus Cho

Kim Heechul as Casey Kim

Shin Taeyoung (OC) as Rachael Shin

BGM                : That Man >> Kyuhyun Version [Gak nyambung]

Rating             : PG-13

Genre              : Dark Angst

Length            : Sebenernya sih ini termasuk Ficlet, tapi buat aku ini udah termasuk OneShot. LOL

PS                    : Hai, ini Fiee~ lagi. Mau share FF lagi. ^_^. Kali ini aku bawa Heechul oppa dan Kyuhyun oppa. Jujur aja, aku bingung ngasih judul apa buat FF ini, akhirnya malah pake musim latar saat FF ini terjadi hehe. BTW, FF ini udah pernah aku publish diblog pribadiku dan di superjuniorff2010.wordpress.com. jadi, seandainya kalian nemu FF ini di dua blog itu, FF ini murni karya aku ko ^^.

Disclaim          : Cho Kyuhyun and Kim Heechul belong to themselves, Shin Taeyoung is my OC. The story is mine so please don’t be a plagiator..^^..

Warning!!

Jujur aja, menurut beberapa orang, FF ini lumayan berat dan agak ngebingungin POV-nya. Jadi, sebelum kalian mulai baca, coba untuk focus ya bacanya.. ^^ [asli berasa udah terkenal banget ini saya..hahaha/plakplak]

 

 

Casey Kim, seorang pria berambut cokelat terang dan berkacamata berbingkai putih dengan kaca transparan itu sedang memandang seorang gadis yang tengah duduk di sudut sebuah café sederhana di pinggiran kota Otawa, Canada, ketika dia disadarkan oleh suara berisik yang keluar dari ponsel disaku celana hitamnya.

Tapi setelah melihat tampilan sederet nomor yang muncul dilayarnya, Chase, begitu biasa dia dipanggil malah membuka rangka ponsel hitam metalik ditangannya dan melepaskan baterai ponsel hitam itu dari tempatnya. Kebiasaannya jika dia sedang tidak mau diganggu oleh siapapun. Bahkan dia tidak akan peduli jika yang menghubunginya tadi adalah ibunya sendiri. Yang dia pedulikan saat ini hanyalah gadis musim panasnya.

Laki-laki yang sedang menggunakan kaus lengan pendek berwarna putih itu kemudian melanjutkan kegiatannya yang sempat terganggu tadi.  Chase berdecak kesal saat dia menyadari gadis yang diperhatikannya tadi sudah merubah posisi duduknya. Tentu saja Chase kesal karena tidak bisa melihat detik-detik perpindahan posisi gadis itu.

Sedetik kemudian gadis berambut hitam pekat sebahu yang sedang memandang serius ponsel ditangannya itu tersenyum bahagia. Chasey tahu gadis itu sangat ekspresif sehingga setiap ekspresi yang dibuat oleh wajahnya adalah cerminan dari suasana hatinya saat ini. Dan ekspresi gadis itu kini sama cerahnya seperti pagi diawal musim panas ini.

Seharusnya Chasey senang bisa melihat gadisnya –setidaknya itulah yang dipikirkan olehnya selama hampir setahun ini – itu tersenyum senang, tapi begitu menyadari apa yang membuat gadis mungil itu senang mendadak moodnya hari ini berubah jelek. Karena tidak lama kemudian seorang pria yang terlihat lebih muda darinya beberapa tahun menghampiri gadis yang mengenakan one-piece berwarna pink soft  itu dan memeluknya. Pelukan itu singkat dan ringan, namun Chasey bisa melihat aura disekitar mereka bahwa kedua orang itu benar-benar bahagia.

Dan sialnya kedua orang itu sama sekali tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang memandang tajam kearah mereka. Campuran antara rasa pedih, cemburu dan kebencian yang membakar.

“Pernahkah kau begitu mencintai hingga ingin mati?” tanya seorang pria lirih dan nyaris seperti bisikan. Dielusnya lembaran kertas mengkilat dihadapannya itu lembut dan hati-hati, seolah tidak ingin menyakiti refleksi seorang gadis yang diam didalamnya.

Ditatapnya photo gadis yang mengenakan gaun berwarna ungu muda yang sedang tersenyum kearahnya itu intense sebelum pria itu berpindah ke photo lain yang tertempel rapi didinding kamarnya, tepat diatas kepala tempat tidurnya.

Setelah puas memandang semua photo itu, sang pria beralih ke sebuah meja cokelat tak jauh dari ranjangnya dimana terdapat photo-photo lain. Dinyalakannya sebuah lilin kecil diujung meja itu untuk menambah kesan romantis, kemudian diambilnya salah satu photo diujung cermin berbentuk kotak miliknya.

“Aku tahu rasanya dan akan kubuat kau mencintaiku hingga kau tidak ingin mati..”

Rachael Shin sedang menguap lebar ketika menyadari bahwa seniornya di universitas sedang mengambil photo dirinya yang sedang menguap tadi. Sontak saja Rachael langsung menghampirinya dan membuat wajah seolah dia sedang sangat kesal.

“Ya..Chasey, hapus photo yang tadi! Seenaknya saja mengambil gambar orang! tidak pernah diajari sopan santun hah?” gertak Rachael dengan nada dingin andalannya. Walaupun biasanya gertakan ini berhasil untuk membuat lawannya menyerah, tapi sepertinya tidak untuk pria eksentrik dihadapannya ini karena pria itu malah membetulkan posisi duduknya dan memandang malas gadis dihadapannya.

“Aku tidak pernah dengar ada paparazzi yang minta izin dengan sopan pada targetnya.”

“Memangnya kau paparazzi huh?” tanya Rachael lagi mulai kesal dengan reaksi Chasey yang seolah menantangnya. Entah sudah berapa kali Rachael memergoki Chasey mengambil photo-nya secara sembunyi-sembunyi dan ini membuat Rachael merasa risih karena merasa diawasi.

“Itu cita-citaku sebenarnya, tapi sayang sekali kamera ponsel ini masih kurang mendukung cita-citaku itu. Lihat saja kau malah terlihat semakin jelek disini.” Chasey melengos pergi setelah menunjukan gambar Rachael yang sedang membuka lebar mulutnya dan kedua mata kecilnya terlihat terpejam dalam photo itu. Dan ini membuat Rachael kesal setengah mati.

“Kenapa tidak kau adukan saja orang itu pada kakakmu?” tanya seorang pria berambut hitam pekat pada gadis dihadapannya yang masih sibuk mengerucutkan bibirnya.

“Kakakku itu lebih peduli pada berapa banyak makanan yang ada di lemari es daripada issue bahwa adiknya diganggu oleh temannya, makhluk luar angkasa aneh yang tersasar dibumi dan punya obsessi jadi paparazzi!” Rachael menjawab pertanyaan pria yang lebih tinggi darinya dua puluh centimeter itu malas sambil menarik pria itu menuju cafeteria diujung jalan ini.

Sedangkan pria itu hanya memandang gadis cantik dihadapannya ini dengan tatapan yang lembut dan dalam, seolah gadis itu sangat berharga untuknya. Dan pria itu berharap bahwa gadis itu mengerti apa yang sedang dirasakannya saat ini.

“Apa kau tahu rasanya melihatmu bersama dengan pria lain?” tanya seorang pria dengan coat hitam panjang sambil menatap photo seorang wanita dilayar ponselnya, seolah bertanya pada wanita itu.

“Rasanya ada yang sakit disini..” jawab pria yang kini menunjuk dada sebelah kirinya.

“Bagiku tidak ada siapapun selain kau, tapi kenapa kau tidak menyadarinya? Aku sakit, teramat sangat sakit. Seolah aku diabaikan. Kita sudah menghabiskan waktu bersama cukup lama. Tapi kenapa orang itu? Kenapa harus orang itu?” pria itu kini tidak dapat menahan emosinya lagi.

Akhirnya airmata yang sudah lama ditahannya keluar juga. Dan pikiran kalutnya saat inilah yang membuatnya memikirkan cara itu pada akhirnya.

Rachael memandang nisan itu dengan tatapan nanar. Dia ingat dua hari yang lalu dia masih bisa membentak keras pria itu saat lagi-lagi dia mencuri photonya ketika Rachael sedang bersin. Rachael tidak bisa berfikir apa yang membuatnya melakukan hal seperti ini? Kenapa pria itu berbuat jahat pada dirinya sendiri? Kenapa dia melilitkan tali charger ponselnya keleher jenjangnya sendiri? Kenapa?

Rachael masih tidak bisa menerimanya, dia bahkan belum mengatakan perasaannya pada pria menyebalkan itu, pada Casey Kim atau keluarga pria itu memanggilnya Kim Heechul. Rachael belum mengatakan padanya seberapa dia menyayanginya, betapa dia merindukan saat Casey menggodanya, betapa dia butuh seseorang yang mengambil Photonya diam-diam hingga walaupun sesaat dia merasa dirinya adalah seorang selebritis.

Tapi kini Casey sudah tidak ada. Pria yang dicintainya itu kini sedang terbaring ditempat tidur abadinya, tempat yang tidak akan bisa dijangkau oleh siapapun. Tidak juga Rachael. Meskipun dalam doanya semalam dia berharap bahwa ini semua adalah mimpi dan saat dia bangun nanti semuanya sudah kembali seperti semula.

Rachael bahkan memohon Tuhan bisa memutarkan waktu untuknya sekali lagi, kembali kewaktu dua hari yang lalu agar dia bisa mengatakan betapa dia mencintai Chasey.

“Sudahlah jangan menangis lagi, sebaiknya kita berdoa saja supaya Tuhan memaafkan dosanya karena telah menyakiti dirinya sendiri hingga seperti ini.” Marcus Cho, pria tinggi yang mengenakan pakaian serba hitam itu kembali memeluk Rachael lembut. Berusaha menenangkan gadis disebelahnya ini yang sudah mulai terisak lagi.

Marcus tahu rasa kehilangan yang melanda gadis itu saat ini, jadi dia hanya bisa memberikan pundaknya untuk gadis itu. Berharap suatu saat nanti dukanya itu akan berubah menjadi senyuman.

[Six month later]

Rachael tidak pernah menyangka bahwa laki-laki yang dipercayanya bisa melakukan hal seperti ini. Dia benar-benar merasa hatinya sedang teriris pisau yang tajam. Perih dan sakit membelenggu organ didalam dada kirinya itu dengan kuat jauh melebihi rasa sakit dan perih yang sedang dirasakan semua fisiknya.

“Kenapa kau tega melakukan ini semua? Aku mempercayaimu..AKU MENYAYANGIMU!!” Rachael berteriak ditengah isaknya. Gudang gelap dan kosong ini sudah membantunya agar suaranya terdengar lebih keras sedikit.

Tapi pria yang sedang duduk diatas sebuah kursi kayu itu hanya memandangnya yang kini terbaring lemas dilantai gudang ini dengan tatapan dingin. Seolah bahwa kata-kata Rachael tadi hanyalah sebuah bisikan angin.

“Jawab aku MARCUS CHO!! Kenapa kau tega melakukan ini semua padaku?” teriak Rachael lagi, kali ini mencoba mengumpulkan semua tenaganya agar dia bisa terbangun dari posisinya saat ini. Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkkan padanya, Marcus malah membetulkan letak kacamatanya dan kembali mengenakan sarung tangan kulit hitam itu ketangan pucatnya.

Marcus menghampiri Rachael dan dipegangnya dagu Rachael itu mantap hingga Rachael yang sudah dalam posisi terduduk itu kini bisa melihat dengan jelas manik mata didalam kacamata cokelat itu. Ada rasa dendam dan kesedihan mendalam yang terlukis disana.

“Kalau kau tidak mengacuhkanku kau tidak akan mengalami hal seperti ini.” Desis Marcus kemudian mengeluarkan sebuah senapan kecil rakitannya sendiri. Dipandangnya gadis itu geram kemudian mengeluarkan semua yang dipendamnya selama bertahun dalam benaknya.

“Aku yang selalu memotretmu diam-diam, tapi kau selalu peduli padanya yang hanya sekali mencuri photomu! Aku yang selalu mencintaimu dan mengagumimu, aku selalu ada disisimu, tapi kau tidak pernah menyadari perasaanku dan malah selalu membicarakannya dihadapanku! Bahkan saat pria itu, saat Casey Kim sudah mati ditanganku, kau tetap saja mengenangnya bersamaku! Apa  kau tahu bagaimana sakitnya aku????!”

Setelah menyadari bahwa gadis itu malah memandangnya jijik, Marcus mengeratkan genggamannya pada benda ditangannya dan sedetik kemudian, wajah Marcus kini sudah terpercik  cairan kental berwarna merah pekat yang berbau amis bercampur bau belerang.

Marcus membersihkan wajahnya dengan tissue basah yang selalu dibawanya kemana-mana hingga bersih. Diletakkannya tubuh Rachael yang sudah tidak bernyawa itu begitu saja kemudian dia berjalan kesudut ruangan untuk mengambil sesuatu untuk disiramkan ke tubuh gadis itu.

Dan setelah semua cairan itu sudah bercampur dengan darah yang masih mengalir deras dari pelipis kiri gadis itu, Marcus kemudian mengambil sebuah rokok dari saku kiri celana hitam miliknya. Setelah nyaman dengan posisinya yang kembali duduk dikursi kayu tepat dihadapan tubuh Rachael yang sudah basah oleh cairan berbau menyengat itu, dinyalakannya pemantik api itu untuk menghidupkan rokok dimulutnya.

“Berterima kasihlah padaku, setidaknya aku membuat kalian berdua bisa bertemu lagi dialam sana!” seru Marcus sambil tersenyum sinis. Tapi kemudian dia menyadari bahwa gadis itu sudah tidak bisa melihat senyumannya lagi. Tiba-tiba saja Marcus menyesal mengingat Rachael pernah bilang dia menyukai senyumannya.

“Tapi..tidak, bahkan dialam yang lainpun aku tidak akan membiarkan kalian bersatu. “ setelah menyelesaikan kalimat itu dengan suara barithone miliknya, Marcus menjatuhkan pemantik yang masih menyala itu kecairan yang menggenang dibawah kakinya. Sesaat kemudian cahaya orange kemerahan membahana keseluruh gudang kecil yang terletak dipedalaman desa tempat Marcus Cho berasal. Menyelimuti tubuh mereka berdua tanpa ragu.

Dan saat fajar datang, tidak ada lagi yang tersisa kecuali rasa rasa perih dan sebuah dendam yang akan terbawa hingga keduanya bertemu kembali dikehidupan mendatang.

 

 

***

I don’t care bout anyone else.. No matter who curse at me..

If I am born again, I will see only you..

It will still be only you.. Even as time flies

It’s You…

 

FF diatas *melihatkeatas* itu hasil pemikiran singkat setelah stress karena kerjaan dikantor.

Awalnya bener-bener gak ada niat nulis sama sekali, eh… pada akhirnya malah keterusan deh..

Buat istri-istrinya Marcus Cho a.k.a Cho Kyuhyun, maaf ya saya gak berniat menghancurkan image mas Evil disini.. T_T

Comments n likes are always welcomed..

 

With Love

Fiee~

8 thoughts on “Summer Pain

  1. mang kalo mo ngalahin Pesonanya Heechul… yaaaa tunggu dia mati…

    biiizzz………. my Chullie nttuuuu…………ga’ ada matinye….. TOP BGT deh !

  2. ceritanya nyiksaaa T.T
    seperti kata author, pertamanya aku juga agak bingung yang suka motret motret itu siapa
    ternyata kyuhyun
    kyuhyun kasian sebenernya tapi dia jahat sih pake mbunuh segala
    ntar ketampananmu ilang loh(?)

  3. kyuuu…
    apapun yg kau lakukan, q akan slalu mendukungmu {?} *lho?* tp tdk utk membunuh. krna kau sdah membunuh hatiku agar tdk berpaling darimu…*gak nyambung buuaaangetz*
    gpplah…pokok’e tuetep kyulahhh…

Leave a reply to alfi elf Cancel reply