Nichkhun melakukannya. Ia berhasil melaksanakan rencana yang dari dulu memang telah ia rencanakan, tapi entah apa yang di dapatkannya sekarang.
Gadis yang berusaha di senangkannya itu hanya balas menatapnya dengan mata menyipit, dan setiap kerutan di wajahnya membentuk senyum di wajahnya. Penuh senyum, penuh rasa terima kasih, tapi ini sama sekali bukan reaksi yang diharapkan Nichkhun.
Tahukah dia bahwa dirinya melakukan ini semua dengan nyata? Bukan sekedar akting atau hanya untuk menaikkan pamor? Atau hanya untuk menaikkan rating acara yang sedang mereka ikuti sekarang?
Tidak. Kalau itu adalah pertanyaan utama sekarang, maka jawabannya jelas tidak. Nichkhun benar-benar melakukan ini semua atas kemauannya sendiri. entah kenapa, ia hanya ingin melihat ‘istri’nya itu menangis bahagia melihat apa yang dilakukannya untuknya.
“Gomawoyo…” kata Victoria berulang-ulang, masih sambil tersenyum.
Nichkhun membalas senyum itu, tapi dengan senyum kekecewaan. Reaksinya sama dengan saat Nichkhun melakukan sesuatu untuknya di atas kapal yang ia pesan khusus untuk mereka berdua. Hanya tersenyum, dan itu benar-benar tidak memuaskan Nichkhun.
“Eum… kemana kita sekarang?” suara itu bertanya lagi.
“Kita akan keluar, lalu baru putuskan kemana,” jawab Nichkhun.
Victoria mengangguk senang, lalu mengikuti langkah Nichkhun keluar dari bangunan besar itu.
Setelah hampir keluar dari gedung, Nichkhun menyadari sesuatu. Pakaian Victoria tidak cukup hangat. Ia hanya mengenakan celana pendek di dalam mantelnya, dan ia tidak mengenakan sarung tangan. Nichkhun segera mengeluarkan sarung tangan yang ia bawa, dan menyerahkan salah satu dari sarung tangan itu untuk Victoria dan satunya lagi untuk dirinya.
“Kau akan memakai sebelah ini, dan aku yang satunya,” Kata Nichkhun.
Lagi-lagi Victoria hanya mengangguk dan memakai sarung tangan itu ke tangan kanannya, begitu juga Nickhun, hanya saja Nichkhun mengenakannya di tangan kiri.
“Dingin,” kata Nichkhun saat angin malam menerpa wajahnya dan Victoria begitu saja. Walaupun sudah sering terkena dingin seperti ini, ia tidak pernah suka dengan kedinginan yang selalu ia derita saat musim dingin.
Nichkhun melirik tangan kiri Victoria yang tidak terbungkus apapun. Ingin sekali ia menghangatkan tangan lentik itu dengan cara menggenggamnya erat, tanpa melepaskannya sedikitpun.
Akhirnya, Nichkhun memberanikan diri. Ia tidak menggenggam tangan kanan Victoria seperti apa yang ia pikirkannya tadi, tapi ia merangkulnya, karena tadi Victoria mengeluh karena kedinginan. Akhirnya tangan kanan Nichkhun menarik bahu kiri Victoria agar ia lebih merapat dengannya.
“Maaf, aku terlalu dingin,” katanya bohong. Ya, ini jelas-jelas bohong. Nichkhun hanya berpikir bahwa Victoria-lah yang sekarang sedang kedinginan, sehingga ia perlu menghangatkannya.
Continue reading →