41

Lover’s Fight 1

“Mengaku cinta pada gadis lain? Di televisi pula. Bahkan saat ia punya pacar. Tidakkah itu berlebihan? You are really…. Something,” Cheonsa mematahkan pensil ditangannya dengan cara menancapkannya keras keras ke meja kayu mulus di kamar tidurnya.

“Ah jinjja. Kenapa semua orang berfikir menjadi kekasih Lee Donghae itu menyenangkan? Semua orang kira dia pria baik baik hah? Mengatakan bahwa dia menyukai Min Sunye? Dia lupa kalau dia punya yeojachingu?” Cheonsa melanjutkan amarah tanpa hentinya. Jelas saja, Namjachingunya baru saja mengatakan di acara live kalau ia menyukai yeoja bernama Min Sunye yang baru baru ini sukses bersama dengan timnya, Wonder Girls sukses dengan single mereka Two Different Tears.

Ani… masih mending kalau ia menyatakan kepada kamera kalau ia menyukai Min Sunye. Ini masalahnya ia menyatakannya terang terangan, dan Min Sunye ADA DISITU. Di Come To Play with Super Junior and Wonder Girls.

Terdengar ringtone berdering keras dari ponselnya, yang membawa Cheonsa kembali ke dunia nyata, setelah hampir setengah jam marah marah tidak jelas karena kelakuan namjachingunya itu.

Hey dear,” terdengar suara lembut khas seorang Donghae Prince Icon Super Junior, yang selalu dirindukannya tetapi entah kenapa kali ini dia benar benar muak.

“Ne?” balas Cheonsa seadanya membuat Donghae menyadari bahwa gadisnya ini sedang dalam mood yang sama sekali tidak baik sehingga mau tidak mau menimbulkan pertanyaan di kepalanya.

What’s wrong dear? Let’s meet up,” katanya dengan suara lembut yang benar benar memuakkan bagi Cheonsa yang sedang emosi jiwa itu.

“Shireo. Aku tidak mau melihatmu lagi. Pergi saja sana dengan Min Sunye,” kata Cheonsa sebal lalu menutup flip handphonenya dengan agak keras sebelum melemparkannya ke bantal empuk di sebelahnya.

-oOo-

Donghae baru saja keluar dari Studio KBS setelah menyelesaikan Shooting Come To Play ketika ia teringat pada kekasihnya lalu mengambil ponsel di sakunya dan menekan speed dial 2.

“Hey dear…” katanya manis seperti biasa. Kelakuan klasik para pengidap Prince Disease sepertinya.

“What’s wrong? Let’s meet up,” katanya menahan senyum mendengar Cheonsa menjawabnya dengan cuek dari ujung sana. Bukannya Donghae tidak tahu bahwa gadis itu kesal karena pengakuan cinta yang dilakukannya kepada Sunye barusan. Tetapi berpura pura tidak tahu sepertinya lebih menyenangkan baginya.

Donghae menutup teleponnya dan terkekeh menatap layar handphone mengingat kalimat terakhir yang diucapkan Cheonsa tadi.

‘aku tidak mau melihatmu lagi. Pergi saja sana dengan Min Sunye.’ Donghae tersenyum lebar mendengarnya. Benar bukan? Cheonsa ternyata cemburu.

“Hyung. Tadi teriakan Cheonsa terdengar sampai ke telingaku tuh. Bukankah dia marah? Kau kenapa tersenyum?” kata Kyuhyun dengan tampang innocent.

“Cemburu. Penyakit para Yeoja,” kata Donghae sambil mengedipkan sebelah patanya kepada Kyuhyun yang menggelengkan kepalanya. Tidak disangka Hyungnya yang weird ini ternyata lebih evil dari pada dia.

“Terus? Rencanamu apa Hyung? Datang ke rumahnya dengan tuxedo membawa bunga mawar?” kata Kyuhyun yang berpikiran mungkin Donghae berniat meredam kemarahan Cheonsa. Tetapi ia salah besar.

“Ani… besok di interview aku mau memuji Sunye habis habisan,” kata Donghae sambil tersenyum sendiri membayangkan apa yang akan terjadi kalau ia benar benar melakukannya. dibayangkannya ekspresi Han Cheonsa yang ngambek setengah mati.

“Hyung. Kau tega sekali. Kalau begitu terus jangan salahkan aku kalau aku mendekatinya. Dia manis juga,” kata Kyuhyun yang membuat Donghae kehilangan senyumnya dan langsung menjitak keras Evil Magnae Super Junior itu.

“Ah Hyung neo jeongmal… tetapi ngomong ngomong… kau kan pacar pertamanya tetapi dia belum memberikan first kissnya pada siapapun, termasuk padamu. Siapa tau dia rela kalau denganku,” kata Kyuhyun sambil mengusap kepalanya yang terasa sakit akibat pukulan maut Hyungnya itu.

“Kau…” Donghae bersiap siap untuk memukul Kyuhyun lagi sebelum kemudian Kyuhyun lari meninggalkannya sebelum mendapatkan jitakan kedua.

“Han Cheonsa, rasakan pembalasanku. Siapa suruh kau sibuk dengan urusan tugas semester sampai berani beraninya mengabaikanku seminggu penuh? They don’t call me a cassanova without reason,” gumam Donghae dengan evil smirk di wajahnya.

-oOo-

Cheonsa menatap televisinya geram. Pagi pagi ia terbangun dan memutuskan untuk menonton acara gossip, dan dengan sialnya ia menemukan wajah Lee Donghae terpampang di televisi, sedang menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh wartawan.

‘Lee Donghae ssi, pemirsa begitu penasaran tentang tipe ideal anda. Bagaimana jawabanmu?’

“Hm… saya sangat suka yeoja yang manis, sedikit pendiam pintar bernyanyi dan menyayangi anak anak” jawab Donghae dengan senyum polos khasnya.

‘apakah pernyataan tersebut mengarah pada seseorang di kalangan selebriti?’ pancing wartawan. Donghae tidak menjawab hal ini dan tersenyum misterius untuk membiarkan pemirsa di rumah penyimpulkan sendiri jawaban mereka.

‘Siapakah idola wanita yang menurutmu paling mendekati tipe ideal?’ pancing wartawan itu lagi.

“Seperti… Min Sunye mungkin? Dia sangat dewasa dan pandai bernyanyi. Ia juga pendiam tetapi mencintai anak anak, seperti aku.” Jawab Donghae memancing teriakan riuh rendah para fans yang menonton interview tersebut dengan setia.

Lain halnya dengan Cheonsa. Ia meraih remote televisi lalu mematikan layar di hadapannya dengan kasar. Ia sudah muak dengan Prince Disease seorang Lee Donghae yang membuatnya dianugerahi gelar playboy yang sangat dibanggakannya itu.

Cheonsa meraih handphone di sebelahnya dan menekan speed dial nomor 2, lalu menunggu sang pemilik Handphone untuk menjawabnya.

“Ne, Jagi? Merindukanku?” jawab Donghae dari sana, bermanis manis karena tahu akan mendapatkan semprotan karena interview yang baru saja dilakukannya.

In your sweetest dream, stingy fish. And don’t call me like that. I’m not your jagi anymore,” sahut Cheonsa pedas, membuat Donghae menyunggingkan senyum tipisnya.

“wah. Kau menyeramkan juga kalau merajuk seperti itu,” goda Donghae yang membuat Cheonsa kesal dan memutar matanya.

“Kutunggu di rumah. 20 menit,” jawab Cheonsa singkat lalu mematikan sambungan dan membanting handponenya kasar ke bantal.

Cheonsa mencoba tidak peduli lalu menyalakan televisi lagi, dan menggonta ganti channelnya dengan cepat. Benar benar tidak sesuai harapan. CF super junior, MV super junior, interview, dan hal hal lain berbau super junior muncul di setiap channel yang dipilihnya.

“Sial. Sehebat apa sih dia itu? Bahkan semua stasiun televisi mau repot repot memajang wajah ikannya itu setiap hari,” omel Cheonsa sebal lalu lagi lagi mengangkat remote dan mematikan televisi di depannya.

Beberapa menit kemudian terdengar suara klakson mobil dari luar sana. Cheonsa mengerling ke arah jam. 15 menit setelah ia menelepon Donghae dan menyuruhnya datang tadi.

Cheonsa memakai sendal rumahnya dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Seperti yang sudah di perkirakan, Lee Donghae dengan senyum manisnya berdiri di sana, dengan menyandarkan punggung ke tembok dan memamerkan senyum mautnya.

“Kenapa cemberut seperti itu jagi? Bukankah kau yang menyuruhku datang?” tanya Donghae lembut, menyisir rambut panjang Cheonsa dengan jari lentiknya. Cheonsa memalingkan wajahnya ke samping, menghindari tangan Donghae yang malah membuat pria itu tertawa kecil.

I’ve warned you. Don’t call me jagi. Aku bukan yeojachingumu lagi,” hardik Cheonsa yang membuat Donghae memamerkan senyum kemenangannya dengan sedikit ekspresi meremehkan terlukis disana.

“Wah… ternyata kau benar benar marah,” kata Donghae mengusap pipi Cheonsa lembut dengan ibu jarinya, yang segera ditepis oleh Cheonsa.

“Kita putus,” ujar Cheonsa dengan melipat tangannya di dada dan membuang mukanya ke arah lain, mengabaikan Donghae yang ada di depannya.

“Kau memanggil seorang Lee Donghae ke sini untuk mengatakan itu? Aigo… gengsimu itu. Katakan saja kalau kau cemburu dengan Min Sunye,” goda Donghae sembari tertawa kecil.

“Mungkin aku sedikit cemburu pada Min Sunye. Tetapi inti permasalahannya adalah aku sudah muak melihat Prince Diseasemu yang meraja lela,” kata Cheonsa membuat tawa Donghae semakin menjadi saja. Sepertinya pria itu benar benar menganggap hal ini sebagai lelucon.

“Ya Han Cheonsa. Jangan membuat dirimu sendiri menyesal. You can’t live without Lee Donghae,” ujar Donghae percaya diri sekaligus meremehkan, dengan senyum sok penertian di wajahnya.

“Kaulah yang akan menyesal. Lihat saja nanti,” tantang Cheonsa memandang Donghae tajam.

“Arasseo kalau itu maumu. Aku terima keputusanmu kalau begitu. Kita tunggu saja siapa yang akan duluan datang dan meminta balikan,” Donghae membalas tantangan Cheonsa dengan pandangan tertarik. Cheonsa tidak pernah seberani ini sebelumnya. Ia hanyalah seorang gadis yang mencintai Lee Donghae dan rela melakukan apa saja demi pria itu. Kadang kadang ia merajuk tetapi tidak akan bertahan lama. Siapapun yang salah, Cheonsa-lah yang selalu datang pertama dan meminta maaf untuk mengalah.

Biasanya dia seperti itu. Semarah apapun dirinya pada Lee Donghae, ia tidak bisa hidup tanpa pria itu. Donghae menyebutnya ‘addicted’ atau ‘obsessed’ tetapi Cheonsa tidak ambil pusing, toh pria itu mencintainya sama besarnya. Kali ini Donghae dibuat kaget oleh Cheonsa yang tiba tiba meminta putus. Menurutnya ini sangat menarik, dan ia sangat penasaran seberapa lamakah Cheonsa akan bertahan dengan kekeras kepalaannya.

“Aku bukan Cheonsa yang dulu, Lee Donghae ssi. Sekarang aku bisa melakukan apa saja yang ku mau. Kau lihat saja. Just don’t die regretting,” kata Cheonsa dengan senyum meremehkan terpeta jelas di wajahnya, membuat Donghae terpancing untuk meladeni bendera perang yang baru dikibarkan Cheonsa di depan wajahnya.

“Aku tidak akan menyesal. Maybe the regret will be yours. You start this war, Han Cheonsa. Starting a war with me is not a good idea, but it’s quite interesting. See you at the battle field,” Donghae meraih pipi Cheonsa dengan tangan besarnya, mendekatkan dirinya pada gadis itu dan mengecup kening gadis itu lembut, lalu berbalik ke mobilnya dan pergi setelah melambai ramah pada Cheonsa, yang hanya dibalas dengan tatapan tidak suka oleh gadis itu.

Sepeninggalan Donghae Cheonsa mengangkat ponselnya dan menekan speed dial nomor 9.

“Yoonji-ya. Aku putus dengan Lee Donghae,” katanya pada gadis di seberang sana.

Yes, I started this, and I won’t regret. Prepare your self, Jagiya

TBC

PS : udah jadiiiii tp maaf ya saya sendiri juga tau kalo part pertama ini sangat pendek. soalnya aku butuh saran dulu kedepannya harus gimana. comments are really waited. thanksss ~~ ^^