Recursive [5]

Character/Pairing(s): Hyun Seung/HyunA(Trouble Maker)

Rating: R

Author: Ddanghobak

[0] [1] [2] [3] [4] [5]

_________________________________________________________________

[No Subject]

From: J.S.

To: HyunA

 

Sibuk?

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: HyunA

To: J.S.

 

Kukira kita sudah setuju untuk berdamai… :<

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: J.S.

To: HyunA

 

Memangnya aku kelihatan ingin mengajakmu bertengkar?

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: HyunA

To: J.S.

 

Tidak, sih… Tapi rasanya aneh.

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: J.S.

To: HyunA

 

Apanya yang aneh?

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: HyunA

To: J.S.

 

Kamu yang biasanya selalu mengatakan hal-hal yang menyebalkan sekarang seperti berusaha untuk menahan diri. Benar-benar melakukan gencatan senjata. Bukannya aku mengeluh sih—belum terbiasa saja. Bicara denganmu baik-baik maksudnya.

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: J.S.

To: HyunA

 

Aku hanya sedang bosan, jangan berpikir macam-macam.

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: HyunA

To: J.S.

 

Siapa yang berpikir macam-macam -_- Kau ini kalau aku bicara baik-baik sedikit langsung saja pindah ke mode menyebalkan, kau senang melihatku kesal, ya? Kalau bosan ke forum saja sana, mungkin ada topik seru atau apa. Sekalian kau memamerkan skill-mu dalam membuat orang lain keki.

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: J.S.

To: HyunA

 

Malas. Orang-orang di sana idiot dan membosankan. Mengetahui aku membuatmu kesal lebih menyenangkan.

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: HyunA

To: J.S.

 

Kuanggap itu pujian untukku, karena berarti aku tidak seperti mereka, pintar dan menarik. Dan kau itu bertingkah seperti bocah yang mengganggu orang yang disukainya agar mendapat perhatian, deh. Fufufu, sudah kuduga dari awal kalau kau tertarik padaku…

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: J.S.

To: HyunA

 

Apa kau selalu senarsis ini?

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: HyunA

To: J.S.

 

Wah, bagaimana, ya… Aku tidak merasa narsis, aku hanya menuliskan pendapatku. Karena kau kan memang secara tidak langsung mengatakan bahwa aku menarik. Aku kan tidak pernah bilang kau tertarik padaku dari segi apa… sebagai orang untuk diajak berdebat, atau sebagai teman, atau sebagai pacar, aku tidak bilang kan?  Ya, kan? Ya, kan?

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: J.S.

To: HyunA

 

Aku tidak pernah bilang kau menarik, aku hanya mengimplikasikan bahwa kau sedikit lebih baik daripada orang-orang itu. Sedikit. Tapi kau membesar-besarkannya seperti aku mengejar-ngejarmu. Lihat bedanya? Jadi tetap saja aku berkesimpulan bahwa kau narsis.

 

__________________________________________________________________

 

[Re: No Subject]

From: HyunA

To: J.S.

 

Ya, yaa… apa katamu saja deh :|

Oops, managerku memanggil. Teruskan lain kali saja ya. Annyeong~

 

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

 

 

“Hyunah!”

 

Perempuan berambut cokelat panjang itu menolehkan kepalanya sembari memasukan smartphone-nya ke dalam tas tangan kulit yang dipakainya. Ia menggembungkan pipinya dan berkata merajuk, “Ya, ya, ada apa?”

 

Pria bernama Jungmin itu—manajer Hyunah selama dua tahun terakhir—melipat tangannya di depan dada dan mengerling ke arah pintu.“Ayo cepat ke set, para staf sudah menunggumu. Kau lupa bahwa kau ada photoshoot, ya?”

 

“Aku ingat, Jungshin-shii, memangnya kapan aku pern—“ balas Hyunah masih dengan nada merajuk sampai kalimatnya dipotong.

 

“Bagus. Cepat keluar sana. Selalu main internet…”

 

“Selalu memotong perkataanku…”

 

“Ayo, cepat!”

 

“Iyaaaaaaaa……” ujarnya panjang sambil keluar dari ruang gantinya. Ia mengerling kaca sekilas, puas ketika melihat make-up dan rambutnya masih rapi dan ia terlihat cantik. Seperti biasa. Perempuan itu mendesah kesal ketika mendengar suara manajernya memanggil namanya. Lagi.

 

***

 

“Ya, selesai!”

 

 

“Terima kasih hari ini Hyunah, kau hebat sekali, seperti biasa,” Jinwoo seorang fotografer untuk majalah yang seringkali dimodeli oleh Hyunah mendatanginya seusai sesi pemotretan.

 

“Justru aku yang harus berterima kasih,” ujar model perempuan itu ceria, menyampirkan jaket bulu-nya di pundak, “difoto oleh fotografer hebat Jinwoo-sshi adalah kebanggaan tersendiri.”

 

Pria lawan bicaranya tertawa dan Hyunah nyengir saja, sibuk meraba-raba kantung jaketnya untuk mencari smartphone-nya. Ia berhenti ditengah-tengah ketika suara manajernya (memanggilnya dengan keras seperti biasa). Awalnya ia pura-pura tidak mendengarnya saja, paling juga manajernya itu marah-marah tidak jelas seperti biasa.

 

 

“Hyunah-sshi,” salah satu staff di set mengetuk bahunya, “ada yang ingin bertemu denganmu.”

 

Model cantik itu mengangkat alisnya. Jelas bukan urusan dengan manajernya, alih-alih meminta orang lain menyampaikan pesan, manajernya tersayang pasti sudah membopongnya ke tempat jadwalnya selanjutnya. Meskipun ia agak bingung, ia membungkukkan tubuhnya dalam-dalam, “Sampai nanti, Jinwoo-sshi.”

 

“Ya, selamat bersenang-senang dengannya.”

 

“Dengannya siapa?”

 

“Partnermu di film pertama,” jawab fotografer itu dengan senyum menggoda di wajahnya. Hyuna balas nyengir, hampir semua orang tahu skandalnya dengan lawan mainnya di film pertamanya dulu. Cinlok, cinta lokasi, orang-orang menyebutnya. Tapi Hyunah lebih suka menyebutnya kebetulan. Atau takdir, lebih terdengar romantis.

 

“Joon oppa?” tanyanya memastikan, meskipun ia sudah tahu jawabannya. Menerima anggukan dari Jinwoo, Hyunah langsung menjerit senang, “Kyaaa, sebaiknya aku cepat ganti baju. Tolong bilang padanya aku akan menemuinya di depan, yaa..”

 

“Ya, ya, cepat pergi,” ujar fotografer itu sambil tertawa melihat reaksi sang model.

 

“Siaaap.”

 

***

 

“Oppa!”

 

Suara tinggi terdengar ketika Hyunah bergegas mendatangi seorang pemuda yang menunggu di sebelah mobil sedan bewarna merah. Ia sudah memakai gaun hitam pendek yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dan sepatu stiletto bewarna emas. Rambutnya dibiarkannya jatuh di belakang punggungnya.

 

Pemuda itu, Lee Joon, melepas kaca mata hitam yang dipakainya. Tersenyum lembut sementara salah satu tangannya bergerak untuk menyentuh pipi perempuan di depannya, “Hyuna-ah, jadwalmu hari ini sudah selesai?”

 

“Ya! Ada apa oppa mencariku?”

 

“Hari ini Mir, dongsaengku di serial dramaku yang baru sedang berulang tahun. Kami mau merayakannya di Club Answer,” jawab pemuda itu sambil menggiring Hyunah masuk ke dalam mobilnya.

 

“Lalu?” ujar Hyunah sok polos, duduk di dalam mobil dan mengencangkan sabuk pengamannya.

 

“Temani aku?”

 

“Bagaimana ya, kalau oppa memaksa, sih…”

 

“Aku memaksa.”

 

“Baiklah, apa boleh buat,” jawab Hyunah dengan desahan yang dibuat-buat, seakan ia melakukan pengorbanan yang sangat besar, “Aku tidak punya pilihan lain.”

 

Nice,” respon singkat dari pemuda yang kini nyengir lebar dan mengangkat ibu jarinya sebelum ia mulai menjalankan mobilnya.

 

 

 

“Jadi apa yang kau lakukan sekarang?”

 

“Masih sama saja seperti dulu. Berbeda denganmu yang kini sudah jadi salah satu aktor nasional,” ujar perempuan itu dengan nada bercanda, melirik iseng ke arah aktor ternama itu.

 

“Kau tidak ingin berhenti?”

 

“Kontrakku belum habis.”

 

“Apa kau ingin berhenti?”

 

Penekanan dalam kalimat pemuda itu membuat Hyunah tercenung sesaat. Ia mencoba tersenyum kemudian mengangkat bahunya, seakan itu bukan sebuah masalah besar. “Mungkin. Tapi entahlah, aku tidak yakin aku bisa menjadi aktris, model, selebriti apapun, yang bagus.”

 

“Kau pasti bisa,” ujar Joon yakin, mengalihkan pandangannya dari jalan selama beberapa detik untuk melihat wajah gadis itu, “Begini saja, aku ada pemotretan dengan Vogue minggu depan. Aku akan coba membuat mereka memilihmu sebagai parnertku.”

 

Hyunah tanpa sadar memainkan ujung blazer-nya, kebiasaannya saat ia merasa tidak nyaman. Ia mengangguk sedikit dan tersenyum meski tidak mencapai matanya, “Akan kupikirkan.”

 

“Bagus,” respon Joon puas, menggenggam erat tangan Hyunah selama beberapa detik sebelum ia memarkirkan mobilnya di salah satu ujung tempat parkir yang tidak begitu ramai, “Kita sampai.”

 

***

 

Tempat itu ramai, seperti yang ia ingat. Terakhir kali Hyunah datang ke klub ini adalah sewaktu ia merayakan kesuksesan film yang dibintanginya dengan rekan-rekan kerjanya. Sewaktu ia masih bersama Bi. Ingatan singkat itu membuat Hyunah menggembungkan pipinya dan mendekatkan tubuhnya ke arah Joon.

 

Pemuda di sampingnya tampak sedang  mencari sesuatu ketika kerumunan orang di sebelah kiri mereka memanggil-manggil.

 

 

“Hyung!”

“Joon-ah, kau datang juga.”

 

 

Lee Joon tertawa dan mengibaskan tangannya, “Aku tak akan melewatkan kesempatan mengosongkan dompet Mir.”

 

Jawabannya langsung mengundang protes dari salah seorang dengan rambut cokelat terang berantakan. Meskipun protes itu diacuhkan mentah-mentah oleh orang-orang yang ada di sana. Joon justru melingkarkan tangannya di bahu Hyunah dan mengenalkan gadis itu, membuat protes dari Mir terhenti seketika.

 

“Hyung, ini Hyuna.’

 

Seorang pemuda tinggi dengan raut wajah serius mengangguk sopan kea rah mereka. Ia tersenyum lembut sambil menjabat tangan Hyunah, “Oh, hai Hyuna, aku Seungho, senior Joon di agensi.”

 

“Senang bertemu denganmu,” ujar Hyuna, menunjukan senyum terbaiknya ketika menerima uluran tangan laki-laki itu.

 

Seungho melihat ke arah Joon lagi, kemudian melipat tangannya untuk menunjukan sedikit senioritas. “Hati-hati jangan melakukan hal-hal berbahaya, Joon. Kudengar ada beberapa jaksa yang kesini hari ini.”

 

“Wah, tahu dari mana?”

 

“Salah satunya temanku,” jawab Seungho sambil nyengir, ia meletakan jari telunjuknya di depan bibir untuk membentuk isyarat diam, “Bersikap biasa saja, mereka tidak akan mengganggu kita.”

 

 

Lee Joon hanya mengibaskan tangannya seperti meremehkan. Perilakunya yang agak suka mencari bahaya ini membuat Hyuna agak khawatir terlibat, tapi ia menahan diri untuk tidak mengatakan apa-apa. Lagipula Joon tahu bahwa posisinya sebagai public-figure dipertaruhkan jika ia berbuat macam-macam.

 

“Eh, hyung!” seru pemuda berambut cokelat yang ribut sebelumnya, “Ini Hyuna yang terkenal itu?”

 

Joon nyengir.

 

“Hyuna-ah, ini Mir.”

 

“Wow, kau lebih cantik dilihat langsung,” ujar pemuda yang dipanggil Mir itu sambil memperhatikan Hyuna dari ujung kaki sampai ujung kepala, “hei, kenapa kau mau dengan laki-laki yang begini?”

 

“Berisik,” gerutu Joon sambil melingkarkan tangannya di bahu perempuan itu, “Ayo, Hyuna, kita duduk. Tinggalkan saja bocah ini di sini.”

 

“Siapa yang bocah!?”

 

“Ayo, ayo…”

 

“Hyuna-aaah! Hati-hati dengan hyung, dia playboy kelas kakap!”

 

 

“Wah, benar begitu?” Tanya Hyunah bercanda, ia memberikan sedikit jarak di antara tubuhnya dan Joon, “Apa aku harus merasa cemas?”

 

Pemuda itu nyengir, “Mungkin…”

 

“Ooh, bad boy.

 

 

Joon hanya tertawa mendengar sindiran dari Hyuna, ia mengecup pipi gadis itu, “Tunggu di sini, kuambilkan minum.”

 

Hyuna mengangkat bahu, memperhatikan sosok laki-laki itu sampai menghilang di tengah kerumunan orang. Ia duduk di salah satu kursi yang melingkari meja di pojok ruangan. Jarinya yang kukunya dicat merah mengetuk-ngetuk meja, bosan. Ia menghembuskan nafas keras, membuat poninya sedikit terangkat karena angin yang keluar dari mulutnya.

 

Bosannya tidak bertahan lama. Baru sebentar saja tiba-tiba ada seorang laki-laki berpakaian rapi (yang agak tampan sebenarnya, tapi ia berpura-pura tidak tertarik) yang menghampirinya. Hyuna melirik ke arah sosok yang meletakan tangannya di punggung kursi yang didudukinya, ia tidak mengatakan apa-apa.

 

“Hai.”

 

“Hai,” balas Hyunah sekedarnya, menolehkan kepalanya enggan melihat pemilik suara itu. Seorang pemuda berambut cokelat dan berpostur lumayan tinggi. Ada senyuman kecil di wajah pria itu, meskipun Hyunah lebih menganggapnya sebagai seringai.

 

“Kau sendirian?”

 

“Tidak.”

 

“Sayang sekali,” desah laki-laki itu, meskipun senyum di wajahnya tidak sesuai dengan pernyataannya. Hyuna tidak mengedip ketika pemuda itu mendekatkan wajahnya ke dekatnya, ia justru membalas dengan senyum manis dan dengan sengaja menggerakan kakinya, membuat rok gaun pendeknya lebih terangkat dan menunjukan kaki jenjangnya.

 

“Ya, sayang sekali, aku bersama pacarku.”

 

Kebohongan kecil tidak akan melukai siapapun, bukan?

 

Laki-laki itu tersenyum lagi, “Beruntung sekali dia punya pacar secantik kamu.”

 

Hyuna meringis dalam hati tapi tetap menampilkan wajah tenangnya di luar. Ia memainkan rambutnya, menunggu laki-laki itu mengatakan hal lain. Tapi kemudian ada seorang laki-laki berpostur tinggi berteriak dari meja tidak seberapa jauh darinya.

 

 

“Hyung!”

 

 

Perempuan itu hanya menyaksikan dengan tertarik bagaimana laki-laki itu mendesah dan berteriak balik, ”Aku ke sana, Dongwoon!”

 

Desahan lain, dan laki-laki itu kembali menatapnya. Hyuna tersenyum tanpa dosa, mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja, menunggu. Laki-laki itu memasukan tangannya ke dalam saku jaketnya sebelum kembali menampilkan wajah terlampau percaya dirinya, “Sepertinya aku harus pergi. Senang bicara denganmu.”

 

 

Hyuna mengangkat bahu; kemudian nyengir setelah laki-laki itu berbalik pergi.

_________________________________________________________________

A/N: maaf karena update yang super lama ini, ya. sayangnya kuliah udah dimulai, tugas akademik maupun non-akademik bertebaran di mana-mana dan saya nggak sempet nulis sesering liburan. semoga belum pada lupa sama cerita ini…

15 thoughts on “Recursive [5]

  1. Ciee… Yg ngobrol sm hyuna itu hyunseung kn?
    Kek.a hyunseung uda tau hyuna, tp hyuna nya sndri ms blm tau HS :)
    ok, ditunggu next part.a eon :)

  2. yeaayyy , akhirnya saya baca ni ff dr part 1-5 skaligus . dan beranggapan …
    lanjuut thoorr !! baguss ^^ keep writing ! ._.

  3. asli. pertama kali liat lgsg baca dari prolog-part5.
    and I was just like, “oh, seriously! this is waaayyyy cooler than other fanfiction I’ve ever read!” keren bgt soalnya thor! tiap2 part isi nya jelas, gk sekedar bikin ff khayalan aja #no offense
    keep writing ya thor! I’ll be waiting for it ;;)

Comment please? ( ื▿ ืʃƪ)