My Neighbor [part 8/END]

Author : Pupuputri

Main Cast : Jo Kwangmin, Jo Youngmin

Support Cast : Im Yoona

Rating : PG15

Genre : Love/Friends, Boyfriend, SNSD, Chapter/Parts

Ps : Akhirnya part terakhir selesai jugaaaaa!!! Rencana mau namatin di part 10 gak jadi soalnya saya udah gak sabar pengen bikin cerita Kyuhyun Oppa. Moga-moga tamatnya gak terkesan maksa ya. Kalau begitu, selamat membaca~

SARANGHAE

 

LEE CHEONSA POV

“MWO?!”

“Eonnie! Apa kau mau membunuh kita berdua?!” aku berusaha menenangkan jantungku.

“Jinjja? Dia menciummu?” tanyanya antusias.

Kembali wajahku memerah.

Yoona Eonnie langsung menghentikan mobil kami di sebuah kafé. Kami masih betah hidup dan tidak mau membahayakan nyawa kami hanya karena sebuah cerita yang aish! memalukan! Tidak mungkin’kan tiba-tiba besok ada berita dengan judul “Dua Penyanyi Mati Karena Sebuah Kisah Ciuman”, konyol sekali bukan? Kami langsung masuk dan duduk di dekat jendela.

“Yak! kau belum menjawab pertanyaanku! Apa benar Kwangmin menciummu?” tanyanya lagi begitu kami selesai memesan.

Aku hanya mengangguk lemah dan langsung saja dia berteriak kegirangan. Segera kututup mulutnya itu, bisa-bisa fans kami tahu kalau ini kami. Terlihat jelas kalau dia benar-benar senang dengan apa yang telah terjadi.

“Jadi kalian sudah pacaran dong?”

“Mwo?” tanyaku polos.

“Kalau kalian sudah ciuman, berarti kalian saling suka dong?” tanyanya masih antusias.

“Aniyo, sudah kubilang aku tidak menyukai Kwangmin, Eonnie” jawabku.

“Mwo? Lalu dia bilang apa lagi setelah dia menciummu?”

“Dia bilang aku tidak perlu khawatir lagi karena dia akan melupakan perasaannya padaku”

“Mwo?! Aish! baboya! Kenapa dia malah menyerah di saat seperti ini sih?!” Yoona Eonnie jadi sedikit emosi.

Aku hanya bisa diam menanggapinya.

“Lalu apa yang akan kau lakukan?” tanyanya lagi.

“Ne?”

“Kau tidak mungkin akan membuatnya mundur begitu saja’kan? Kau akan pertahankan dia’kan?” tanyanya memastikan.

“Mwo? Aniya~, bukankah itu berita bagus? Dengan begitu, aku tidak perlu repot-repot untuk menjauhinya lagi”

Baik, ada perasaan aneh ketika aku mengucapkan kalimat itu.

“Mworago?! Lalu apa arti airmatamu waktu di Pulau Jeju itu?” tanyanya tidak percaya.

“Ne?”

“Kwangmin bilang apa sebelum kau menangis, hah?”

“Ehm..dia bilang, dia akan menyerah soal perasaannya..pada..ku..” tiba-tiba aku teringat sesuatu.

“Yak! tidakkah kau sadar? Kalian itu sudah saling menyukai dan kau baru menyadarinya? Aish! kau ini kelewat polos, Cheonsa-ya!” oke, sekarang Yoona Eonnie benar-benar emosi.

Tapi, tunggu dulu! Jinjjayo? Aku menyukai Kwangmin? apa mungkin?

“Jin..jinjja?” tanyaku takut-takut.

“Keurom! Kalau bukan begitu, untuk apa kau menangis hanya karena dia bilang mau menyerah tentangmu? Itu berarti kau memang menyukainya dan mungkin dari dulu” jelasnya.

Mwo? Maldo andwaeee! Wajahku langsung merah ketika menyadarinya. Aku jadi ingat pada ucapan Kyuhyun Oppa.

“Kau hanya belum menyadarinya saja, nanti kau juga tahu sendiri perasaanmu padanya. Annyeong!”

Apa aku benar-benar menyukainya? Bahkan melebihi Kyuhyun Oppa? Aku..mencintai bocah itu? Tiba-tiba saja airmataku jatuh tanpa sadar.

“Eonnie..ottokhae?” tanyaku kemudian.

“Aish! kita tidak bisa diam saja! Pokoknya besok kita harus bertemu dengan Kwangmin lagi dan kau harus menyatakan perasaanmu. Hari ini aku tidak punya waktu banyak”

Aku hanya bisa menunduk sambil menghapus airmataku. Akhirnya baru kusadari, kalau aku mencintai Kwangmin.

***

Baiklah. Tarik nafas dan hembuskan. Baik, aku siap.

Sekarang aku berada di dorm Boyfriend, sendirian. Yoona Eonnie tidak bisa menemaniku lagi dan dia memaksaku untuk pergi sendiri. Aku sendiri tidak punya alasan untuk menemuinya karena perkataannya yang kemarin itu. Karena itu, sebelum pergi aku membeli chocolate cake dulu dan bilang aku kebetulan sedang tidak ada kerjaan jadi sekalian saja mampir. Segera kupencet bel pintu dorm Boyfriend.

TING TONG.

Setidaknya aku harus meluruskan kecanggungan ini dulu.

“Yoboseyo?” tanya seseorang lewat intercom.

“A..aku, Lee Cheonsa” jawabku agak gagap.

“Eo, Noona!”

Pintupun dibuka dan munculah Youngmin.

DEG!

Sial! Kenapa dia begitu mirip dengan Kwangmin sih? Ani, dia’kan kembarannya. Tenangkan dulu jantungmu sebelum masuk Lee Cheonsa, you’ll be fine.

“An..annyeong Youngmin-ah” aish! kenapa aku masih gagap sih?

“Annyeong Noona-ya~, ayo masuk!” ujarnya memberi jalan untukku.

“Tumben Noona datang mampir?”  tanyanya.

“Eo, kebetulan sedang tidak ada kerjaan makanya aku kesini. Mana yang lain?” tanyaku karena dorm mereka sepi.

“Yang lain sedang ada urusan. Hanya tinggal aku dan Kwangmin saja di dorm, waeyo?”

Entah perasaanku atau apa, tadi sepertinya Youngmin mengeluarkan smirk-nya.

“Ani..”

“Yak Youngmin-ah, kau lihat headphone..”

Tiba-tiba saja, Kwangmin keluar dari kamarnya dan bingo! Dia baru sadar kalau ada aku disini. Sejenak kami saling tatap menatap. Yup. Kami bertiga.

“Um..tidak, aku ke dapur dulu ya?” tiba-tiba Youngmin membubarkan acara tatap-menatap kami.

Oke, ini sangat canggung. Aku merasa wajahku sudah panas sekarang dan suaraku tidak mau keluar. Aku tidak bisa menatapnya, ottokhaeyooooo?!!!

“An..annyeong”

Kwangmin menyapaku duluan. Tapi di saat aku mau balik menyapanya, dia malah masuk ke kamarnya. Aish, jinjja! Ottokhae? Sekarang dia tidak mau bertemu denganku!

 

JO YOUNGMIN POV

“Yoboseyo?” tanyaku lewat intercom saat bel dorm kami dipencet.

“A..aku, Lee Cheonsa” jawabnya agak gagap.

“Eo, Noona!”

Oh ternyata Cheonsa Noona. Segera kubuka pintunya dan kenapa dengan wajahnya? Ada raut kekagetan di wajahnya.

“An..annyeong Youngmin-ah” ucapnya dengan sedikit tersenyum dan gagap?

“Annyeong Noona-ya~, ayo masuk!” ujarku sambil memberi jalan untuknya.

“Tumben Noona datang mampir?”  tanyaku.

“Eo, kebetulan sedang tidak ada kerjaan makanya aku kesini. Mana yang lain?” tanyanya.

“Yang lain sedang ada urusan. Hanya tinggal aku dan Kwangmin saja di dorm, waeyo?”

Kukeluarkan smirk-ku padanya dan sepertinya dia menyadarinya. Oke, kurasa aku tahu kenapa dia datang kesini.

“Ani..”

“Yak Youngmin-ah, kau lihat headphone..”

Tiba-tiba saja, Kwangmin keluar dari kamarnya dan sepertinya dia baru sadar kalau ada Cheonsa Noona disini. Sejenak kami saling tatap menatap. Ani, hanya mereka berdua sepertinya yang saling menatap. Sejenak senyumanku berkembang di bibirku.

“Um..tidak, aku ke dapur dulu ya?” aku membubarkan acara tatap-menatap mereka dan langsung ngacir ke dapur.

Tidak ada percakapan di antara keduanya. Sepertinya mereka sangat canggung. Aish! sampai kapan mereka akan terus begini? Aku mengambil sirup di lemari dan air dingin di lemari es. Kupasang telingaku kalau-kalau mereka sudah mau ngobrol lagi. Tapi, tidak ada kata yang keluar dari mereka berdua.

Segera kutengokan kepalaku untuk mengintip apa yang sebenarnya mereka lakukan. Astaga! Ige mwoya?! Mereka hanya saling menatap dengan wajah yang sedikit memerah. Astaga, ini benar-benar parah!

“An..annyeong” akhirnya Kwangmin yang mengeluarkan suara duluan.

Tapi tepat saat Cheonsa Noona akan balik menyapanya, dia malah masuk ke kamarnya. Aish, jinjja! Neo baboya Kwangmin-ah! Kemudian Cheonsa Noona menghela nafas panjang dan menunduk lemah. Oke, mungkin ini saatnya aku bertindak.

Segera kubawa jus jeruk yang kubuat tadi di atas nampan dan meletakannya di atas meja.

“Gomawo Youngmin-ah..” dia langsung tersadar dari lamunannya.

“Ne..” akupun langsung duduk di kursi sebelahnya.

“Oh iya, igo.., tadi aku mampir ke toko cake dulu” ujarnya sambil meletakan sekotak cake di atas meja.

Ku ambil cake itu dan langsung kubuka. Chocolate cake, kesukaan Kwangmin. Sepertinya dugaanku memang benar. Dia datang kesini untuk Kwangmin. Segera kukembangkan senyumanku dan menatap Cheonsa Noona yang sedang meminum jusnya.

“Jadi..mau kupanggilkan Kwangmin untukmu, Noona?” tanyaku tiba-tiba dan langsung membuatnya tersedak.

“Uhuk..uhuk..”

Hahaha! Mereka memang benar-benar asyik untuk jadi bahan godaan!

“A..apa yang kau bicarakan Youngmin-ah? Aku bukan datang untuk Kwangmin..” ujarnya sambil mengusap mulutnya dengan tissue.

“Oh sorry, my bad. Tapi aku yakin Kwangmin tidak akan melewatkan chocolate cake kesukaannya ini, tunggu sebentar ya!” ujarku sambil bangkit dari dudukku dan langsung masuk ke kamar Kwangmin.

“Yak. Nawa” ucapku sambil berkacak pinggang.

 

JO KWANGMIN POV

Aish! apa yang kau lakukan Jo Kwangmin? neo jinjja baboya!

Bisa kudengar suara Youngmin dan Cheonsa yang sedang berbincang di ruang tengah. Aish, molla! Segera kubenamkan wajahku di bantal dan mengutuk diriku sendiri.

Tiba-tiba pintu kamarku dibuka dan munculah Youngmin.

“Yak. Nawa” ucapnya sambil berkacak pinggang.

“Mwo?” tanyaku.

“Sampai kapan kau mau menghindarinya hah? Dulu kau yang selalu mengejarnya dan berharap dia mau menatapmu. Tapi sekarang? Dia datang mencarimu dan kau malah bersembunyi di kamar? Memalukan” ujarnya panjang lebar dengan ekspresi dinginnya.

Aku hanya bisa tertunduk lemas karena omongannya itu. Jakkaman! Apa dia bilang?

“M..mwo? Cheonsa mencariku?” sepertinya aku benar-benar harus pergi ke dokter THT.

“Siapa lagi? Ka!” ujarnya sambil menarik tanganku.

Aku langsung tersadar dari lamunanku dan menghentikan tarikannya begitu sampai di depan pintu.

“Apa yang harus kukatakan padanya nanti?” tanyaku dengan nada khawatir.

Jantungku sudah melompat-lompat hanya karena memikirkannya saja. Pikiranku sudah kacau begitu melihat wajahnya. Aish! aku sudah seperti orang gila saja!

“Apa saja. Cepat keluar!” perintahnya sambil mendorongku.

Dengan cepat dia kembali menutup pintu kamarku. Dapat kudengar tawanya di dalam sana. Aish, jinjja! Ottokhae? Kini Cheonsa melihatku dan ada sedikit raut terkejut dari wajahnya.

“An..annyeong”

Aish! kenapa hanya kata itu saja yang bisa keluar dari mulutku?

“An..annyeong..” jawabnya sambil menunduk.

“A..ada apa kau datang kesini?” tanyaku langsung.

Babo! Babo! Babo! Kenapa nadaku seperti mengusirnya? Jeongmal baboya!

“A..Aniya..igo, aku bawakan chocolate cake untuk kalian” dia sedikit tersentak dengan pertanyaanku.

“Hm..gomawo..” jawabku singkat.

Sekarang apa? Kami saling diam. Aku langsung duduk di kursi sebelahnya. Aku harus bilang sesuatu! Cepat putar otakmu Jo Kwangmin!

“Kalkhaeyo..”

Dia langsung beranjak pergi tapi dengan cepat tanganku menahannya.

“Ottiga?”

Ada rasa kecewa dari diriku. Apa dia merasa tidak nyaman berada di dekatku? Aish! hatiku jadi sakit!

“Bu..bukan urusanmu’kan aku mau kemana?” jawabnya ketus.

DEG!

Jawabannya itu membuat pegangan tanganku mulai melonggar dan dengan cepat, dia keluar dari dorm. Aish! kenapa jadi begini? Aku hanya ingin mencairkan suasana canggung ini dan aku sendiri yang mengacaukannya.

“Yak! apa yang kau lakukan? Cepat kejar dia!” tiba-tiba Youngmin membuka pintu kamarku dengan kasar dan langsung marah-marah sambil mendorongku.

Aku hanya bisa cengo melihatnya yang terus mendorongku. Akhirnya diapun menghentikan aktifitasnya dan menatapku tajam. Tiba-tiba, dia membuka pintu dan memegang pundakku erat.

“Kau masih mencintainya’kan?” tanyanya langsung.

Aku tidak bisa menjawabnya dan menunduk lemah. Aku memang masih sangat mencintainya tapi..

“Tapi bagaimana dengan perasaannya? Aku tidak bisa hanya memikirkan perasaanku sementara Cheonsa memang tidak mencintaiku, melihatku saja dia tidak mau” aku jadi agak kesal.

“Yak! kau ini sok tahu sekali sih?! Kenapa kau jadi lemot begitu, hah?!” teriaknya padaku.

“Kau mana mengerti perasaanku Jo Youngmin?! Apa kau tak mengerti kalau dia itu mencintai namja lain, hah?!!!” bentakku tak kalah keras.

“Yak! kau ini babo namja! Dia itu mencintaimu tahu!” bentaknya lagi.

Sejenak kami saling diam dan mengatur nafas kami yang masih memburu. Jakkaman! Apa katanya?

“M..mwo?” tanyaku dengan dahi berkerut.

“Masa begitu saja kau tidak tahu hah?! Dia menangis saat kau bilang mau menyerah soal perasaanmu, dia gugup setiap kali melihatmu dan kau tidak menyadarinya sampai sekarang?! Aish, jinjja!” Youngmin mengacak-acak rambutnya frustasi.

Entah dorongan darimana, segera aku lari keluar dan mencarinya. Dia pasti belum jauh! Segera kulangkahkan kakiku ke dalam lift dan menekan tombol lobby.

Pikiranku benar-benar kacau. Hatiku tidak bisa tenang mengingat kata-kata Youngmin barusan. Benarkah itu? Benarkah kau juga mencintaiku Cheonsa?

TING.

Pintu lift-pun terbuka. Nafasku yang terengah-engah langsung tercekat begitu melihat siapa yang ada di depanku sekarang. Lee Cheonsa.

 

LEE CHEONSA POV

“A..ada apa kau datang kesini?”

DEG!

Hatiku benar-benar sakit kali ini. Kenapa? Apa dia merasa risih aku datang menemuinya? Mataku sedikit perih karenanya.

“A..Aniya..igo, aku bawakan chocolate cake untuk kalian” segera kucari alasan dan hanya itu yang keluar dari mulutku.

Aku bohong. Itu bukan untuk teman-temanmu. Itu untukmu Kwangmin-ah.

“Hm..gomawo..” jawabnya singkat.

Kami saling diam lagi. Dia duduk di kursi sebelahku. Kata-katanya tadi terus terngiang-ngiang di kepalaku. Apa aku benar-benar membuatmu merasa terganggu?

“Kalkhaeyo..”

Akupun langsung beranjak pergi tapi dengan cepat tangannya menahanku.

DEG! Jantungku kembali berdetak abnormal.

“Ottiga?” tanyanya.

“Bu..bukan urusanmu’kan aku mau kemana?” jawabku ketus.

Kenapa malah itu yang bisa kukatakan? Aku sudah tidak tahu lagi mau menjawab apa. Hatiku sakit, mataku berkunang-kunang dan airmataku mau jatuh. Aku tidak mau menangis di depannya. Bisa-bisa dia makin membenciku hanya karena aku cengeng.

Jawabanku itu membuat pegangan tangannya mulai melonggar dan dengan cepat, aku keluar dari dorm. Segera kulangkahkan kakiku menuju lift.

Sekarang semuanya sudah jelas. Dia benar-benar sudah tidak menyukaiku lagi dan aku hanya bisa menyesali kenapa aku baru menyadari perasaanku sekarang.

TING.

Pintu lift-pun terbuka dan segera aku keluar dari sana dan melangkahkan kakiku menuju mobilku.

“Yak, Lee Cheonsa! Ottiga?” tiba-tiba suara Yoona Eonnie menghentikan langkahku.

Aku sudah bercucuran airmata dan aku tidak bisa menahannya lagi. Segera kupeluk Yoona Eonnie.

“Yak..waeyo? mana Kwangmin?” tanyanya sambil mengelus rambutku.

“Eon..nie..hiks.., Kwangmin..dia.. hiks..” aku tidak bisa menghentikan tangisanku.

“Cheonsa-ya..waeyo? kenapa kau menangis? Apa karena Kwangmin? apa Kwangmin yang membuatmu begini? Aish! tidak bisa kubiarkan!”

Segera kutahan tangan Yoona Eonnie dan menggelengkan kepalaku. Dia sepertinya mengerti dan kembali memelukku.

“Yak, uljima..” ucapnya sambil terus mengelus punggungku.

Akupun menangis selama kurang lebih 10 menit. Setelah tenang, akupun mulai menceritakan semuanya padanya.

“Mwo? Yak! kalian ini sama saja! Sama-sama sok tahu dan suka mengambil keputusan sendiri!”

“Mworago?” tanyaku tak percaya.

“Aish! sudahlah! Lebih baik kita kembali dan meluruskan masalah ini!” ucapnya sambil menarik tanganku.

“Mwo?! Eonnie, shireo!” aku berusaha memberontak tapi tidak bisa.

Aku tidak mau menemuinya lagi. Bagaimana aku harus menghadapinya? Yoona Eonnie terus mendorongku sampai pintu lift.

TING.

Tiba-tiba pintu lift terbuka dan nafasku kembali tercekat begitu melihat wajahnya. Nafasnya memburu, apa dia mengejarku?

“Kwang..min?” ucapku membuyarkan lamunannya.

GREP.

Tiba-tiba dia memelukku erat. Rasanya semua oksigen di sekitarku berubah jadi karbon dioksida lagi. Mataku memanas dan bulir-bulir itu keluar begitu saja dari mataku.

“Wae..?” tanyaku tercekat.

“Mianhae. Jeongmal mianhae, Cheonsa-ya..” dia mempererat pelukannya.

Aku hanya bisa diam, tak membalasnya. Nafasnya masih memburu di telingaku. Kemudian dia melepaskan pelukannya dan menatapku dalam. Menghapus airmataku dan mengusap pipiku lembut.

“Ehm..aku akan menunggu di mobil, oke?” Yoona Eonnie-pun meninggalkan kami yang masih asyik saling pandang.

“Kwang..min..” ucapku pelan.

Aku begitu suka pada mata coklatnya itu, tatapan tajamnya saat melihatku bagai sihir yang tidak bisa kuhindari. Lekuk wajahnya. Sifatnya. Semuanya. Aku benar-benar merindukannya. Namja yang bisa membuat perasaanku naik-turun.

Lalu dia menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahku. Perlahan, dia memperpendek jarak antara kami. Dapat kurasakan hembusan nafasnya di wajahku. Dia menutup matanya dan tangannya yang lebih besar dariku kini mulai mengangkat wajahku untuk lebih mendekat padanya. Otomatis kututup mataku perlahan.

CUP.

Bibir kamipun saling bertemu. Ah..rasanya manis. Sama seperti dulu. Dia melumat pelan bibirku dan kini aku tidak diam saja. Kali ini kubalas ciumannya pelan.

Setelah beberapa saat, diapun melepaskan ciumannya dan kembali menatapku. Bisa kurasakan pipiku memanas saat melihat matanya itu.

“Saranghae..” ucapnya.

DEG!

Kini bukan rasa sakit yang kurasakan. Aku merasa bagai mendapat sayap dari Tuhan dan bisa terbang kemanapun aku suka. Senyumanku terkembang begitu mendengar ucapannya. Semburat warna merah kembali menghiasi wajahku. Mataku kembali memanas dan kupeluk dia erat. Bisa kurasakan sedikit kekagetannya.

“Nado..nado saranghae..”

Aah~ rasanya seperti melepaskan beban yang selama ini kutimbun habis-habisan. Kulepaskan pelukanku dan tersenyum padanya. Kapan ya terakhir kali aku tersenyum padanya?

Wajahnya sedikit kaget dan tak lama kemudian, terkembanglah senyum dari bibirnya. Dia kembali memelukku dan memutar badanku seperti anak kecil.

“Gomawo Cheonsa-ya! Jeongmal gomawoyo!” teriaknya senang.

Kelakuannya ini membuat seluruh orang yang ada di sekitar kami langsung bertepuk tangan riuh. Aish! aku lupa kalau kami ada di lobby dorm Boyfriend! Jangan-jangan sedari tadi mereka terus memperhatikan kami berdua dan..adegan ciuman kami? Aish, jinjja! Ini memalukan!

“Yak! apa yang kau lakukan Jo Kwangmin?! turunkan aku!” perintahku.

“Muahahaha!!!” tawanya langsung pecah begitu melihat raut wajahku yang memerah tanpa menghentikan aktifitasnya.

“YAK! JO KWANGMIIIIIIIIIIIIIN!”

***

Keesokan harinya, berita itupun langsung menyebar kemana-mana di berbagai media. Untungnya, pihak management kami maklum dan mau merestui hubungan kami. Tambah semena-mena saja bocah itu memamerkanku pada semua orang, apalagi pada Kyuhyun Oppa. Aish! dasar bocah menyebalkaaaaaaaan!!!

Semua orang yang kami temui langsung senyam-senyum dan memberi selamat. Mereka ini lebay sekali sih ya? Kami ini hanya pacaran, bukan menikah. Apa jadinya kalau aku benar-benar akan menikah dengan Kwangmin? omo! Pikiranku benar-benar seperti orang gila sekarang! Singkirkan pikiran itu Lee Cheonsa!

Teman-teman kami, apalagi si Yadong Oppa itu tambah sering saja menggodaku dan itu sangat menyebalkaaaaaaaaaaaaan!!!!!

“Chukhae dongsaeng-ah~, yang langgeng ya?” ucap Donghae Oppa.

“Ne, gomawo Oppa..” jawabku sambil tersenyum.

“Ngomong-ngomong, bagaimana rasanya ciuman di lobby?”

BLUSH!

Wajahku seketika itu juga langsung merah.

Omo! Kenapa Dongahe Oppa-ku ini jadi yadong? Pasti ketularan pasangan homonya itu!

“A..aku ingat ada urusan. An..annyeong~” ucapku sambil melangkah pergi.

Bisa kudengar tawanya setelah aku pergi. Aku tidak mau menjawab pertanyaannya karena aku paling tidak bisa berbohong padanya. Segera kulangkahkan kakiku menuju toilet. Tapi, sebelum aku sampai, tiba-tiba sebuah tepukan di bahu membuatku sedikit terperanjat.

“Aish! Kwangmin-ah, kkapjakkiya!” ucapku sambil terus mengelus dada.

“Kenapa kau?” tanyanya sambil berjalan di sampingku.

“Aniyo. Oh iya, kenapa kau ada disini? Bukannya ruangan Boyfriend itu ke arah sana?” tanyaku.

“Ani, aku hanya ingin bertanya satu hal padamu” dia menghentikan langkahnya tepat di depanku.

“Tanya apa?”

“Sejak kapan kau mencintaiku?” tanyanya penuh selidik.

Agak kaget juga mendengarnya. Jadi selama ini dia juga tidak sadar kalau selama ini aku sudah mencintainya? Tapi kemudian, aku punya ide untuk menggodanya.

Ku isyaratkan dia untuk lebih mendekat ke arahku. Segera kudekati telinganya dan berbisik.

“Bimiliya”

Akupun tertawa lepas sambil melewatinya. Wajahnya kaget tapi lalu dia kembali berhenti di depanku.

“Beritahu aku atau kau akan kucium” ancamnya.

Cih! Kau pikir aku takut hah?

“Cium saja kalau berani!” tantangku.

Dia agak kaget. Tapi, tiba-tiba dia mengembangkan senyum evil-nya dan mulai mendekat ke arahku. Sial! Aku terpojok! Oke, saat ini jantungku sudah meloncat-loncat tak karuan. Wajahku sudah memanas dan dia terus memperpendek jarak kami.

“Yak, palliwa. Beritahu aku, sejak kapan kau mencintaiku?” tanyanya lagi tanpa menghentikan langkahnya.

“Ya..yak! mau apa kau?!” sial! Kenapa aku jadi gagap begini?

“Kalau tidak kau akan kucium” ancamnya lagi.

Bisa kurasakan deru nafasnya di wajahku tapi aku masih tetap berikukuh tidak mau memberitahunya.

“Jo..Jo Kwangmin kuperingatkan kau! Kalau kau..mm..emmph!!”

THE END

Otte? Tolong beritahu pendapat kalian soal ending FF abal ini ya! Komen dan masukannya akan saya tampung untuk memperbaiki cerita selanjutnya, NO bashing, ok? Gomawo untuk kalian yang sudah mau membacanya sampai akhir. Akhir kata, salam pramuka!

9 thoughts on “My Neighbor [part 8/END]

  1. wah seru bgt .. hehehe..
    mian bru comment d part akhir..
    absnya aku bca nya ngebut dr part awl…
    pkoknya ff ni daebak bgt…
    bkn aq dugeun2 tiap bcanya..
    oh ea ga ad epilog ato aftr story nya kah thor???
    heheheh :D

  2. Pengumuman buat chingudeul yang belom tahu, saya udah punya blog sendiri #bangga #kibasponi, ada sekitar 5 FF baru yang masih pending di WFF tapi udah saya post di blog saya. Kalo punya waktu, silakan mampir ya~ pupuputri.wordpress.com, gomawo ^_^

Leave a reply to pupuputri Cancel reply