Where Will You Go?

by  Anis (KEYzy_KYUmsy)

Judul: Where Will You Go?
Genre: gak yakin (roman angst??)
Ringkasan: Kibum menghentikan tangannya yang tadinya akan menyentuh Jinki yang sedang tertidur. Hatinya seperti lumpuh, tangannya sedikit gemetar, dia tidak mampu menyentuh pipi putih Jinki yang terlihat setengah basah. Dia bisa melihat tanda bekas aliran air mata yang hampir kering di pipi Jinki.
A / N: so’alnya waktu itu, gwu ngebuka file lama….eh nemu lagu ini!!jadi…. yahhh ngalir gitu ajah…=,= saking ngalirnya(???) nyampe-nyampe judulnya ajahh gwu pinjm dari judul lagu yang gwu masukkin dalem cerita .=, =. (Evanescence-Where Will You Go?).

Kibum menghentikan tangannya yang tadinya akan menyentuh Jinki yang sedang tertidur. hatinya seperti lumpuh, tangannya sedikit gemetar, dia tidak mampu menyentuh pipi putih Jinki yang dilihatnya setengah basah. Dia bisa melihat tanda bekas aliran air mata, yang hampir kering di pipi Jinki. Meskipun setengah wajah Jinki tertutupi oleh selimut kuningnya, pemandangan yang Kibum lihat itu nyata dan jelas. Kibum, hanya berdiri dan menatap wajah leader-nya.
“Ah dia masih tidur?!, Kamar mandi sudah kosong tuh!” Jonghyun tiba-tiba masuk, dengan handuk kecil nyangkut dikepalanya, dan melangkah maju untuk membangunkan Jinki.
“Eh! Biar aku saja!, Aku yang akan membangunkan dia!” kata Kibum mencegah. “kamu pergi untuk sarapan saja! sudah kusiapkan!”.
Jonghyun mengangkat bahu, dan meninggalkan kamar “Tapi, ingat! Onew-hyung punya jadwal pagi! Harus cepat Membangunkan dia!” lanjutnya dengan santai keluar kamar.
“Oke!” jawab Kibum singkat.

Kibum menoleh, kearah Jinki yang tertidur. Kemudian dia duduk disamping tempat tidur Jinki, ia menatap wajah Jinki lekat. “Mungkin, aku akan menunggu sampai itu benar-benar mengering!”.

//You’re too important for anyone//
//You play the role of all you long to be//
//But I, I know who you really are//
//You’re the one who cries when you’re alone//

Sinar matahari, memaksa masuk  kesela-sela jendela kayu, menyentuh kulit putih Jinki. Jinki mengerutkan kening, mencoba untuk membuka matanya, ketika sebuah tangan putih yang indah menarik dia keluar dari dunia mimpinya.
“Bangun Onew-Hyung!.” suara itu, suara yang selalu dia dengar pertama kali, ketika ia kembali ke dunia nyata. Masih setengah tidur, ia mendudukkan tubuhnya, masih di atas kasur. Samar-samar dilihatnya tangan putih yang sedang sibuk membuka tirai, membiarkan sinar matahari silau menyentuh matanya yang masih belum jelas melihat dunia.
“Cepatlah Onew-hyung!! Sarapan sudah siap, dan Manajer-hyung sudah datang!.” lanjut pemilik tangan putih itu. Jinki mengangguk, dan membiarkan Kibum meninggalkan dia sendiri dikamar.

Dia memandang kearah asal sinar matahari, yang bersinar menyentuh wajahnya. Dia tidak merasakan hangatnya sinar matahari itu, meskipun warna cahaya yang sangat hangat itu memenuhi wajahnya, hati Jinki masih tidak terasa hangat. Jinki menarik napas dalam-dalam, dan berjalan malas ke kamar mandi.

Air hangat dari shower menyentuh setiap pori-pori kulit putih Jinki, membuat rambut pirang kecoklatan Jinki basah, Dia mengangkat kepalanya, membiarkan tetesan-tetesan air hangat menyentuh wajahnya. Dia melangkah keluar, mengeringkan tubuhnya, dan berhenti di depan sebuah cermin kotak.
“Bagaimana aku bisa seperti ini?!” gumamnya, ketika ia melihat bayangan dari cermin. Dia mengusap wajahnya, memejamkan mata, mengotak-atik hatinya, dan mengatur pikirannya.
Jinki menurunkan kedua tangannya, membuka matanya dan melihat wajahnya berseri-seri dengan senyum cerah terpantul dari cermin. “Aku,… Onew!” katanya, menambahkan senyuman yang lebih cerah dari cuaca musim panas.
Jinki setengah berlari keluar dari ruangan dan dengan cepat duduk di depan sepiring pancake blueberry. Dia memakan sepotong besar pancake kedalam mulutnya sekaligus.
“Yahh! Onew-hyung! ~ hati-hati!” kata Taemin dengan nada cemas.
“Hahaha” Jinki, hanya menunjukkan senyumnya, dengan mulut penuh dengan selai blueberry. Dia mengunyah pancake dengan semangat. Dia baru menyadari, betapa sarapan selalu dimakan olehnya selalu berhasil memberinya kehangatan, lebih terasa hangat dari matahari yang selalu menggodanya dengan manja. “Kibum-ah Pancake iniEnak!” katanya sambil tersenyum kecil.
Tapi Kibummalah membalasnya dengan tatapan simpatik dengan mata yang setengah-kosong. Jinki hanya balik melihat dia dan berpikir, ‘apa yang dipikirkannya? ‘
“Onew Ayo! kau hampir terlambat!” kata manajer, sambil berjalan keluar.
Onew, kembali konsentrasi pada pancakenya. Dia mengunyahnya buru-buru, dan dengan segudang rencana sedang diproses di otaknya.
“Baiklah aku off!! Ah! Taemin jangan lupa Setelah sekolah, kamu akan dijemput oleh mobil program-mu sendiri!! Jadi jangan menunggu mobil manajer ok?!” sebagai leader, dia bertanggung jawab untuk semua anggota nya.
Dia mengambil tas dan jaketnya sambil berjalan cepat ke arah luar. “Ah Jonghyun, Key, kalian sudah bersiap-siap untuk variety nanti kan?!” katanya, sambil menjejalkan kakinya ke dalam sepatu. “Minho belum pulang ya?” Dia harus memastikan bahwa semua membernya bisa menjalankan hari dengan baik, Dia adalah leader.
Jinki sibuk menalikan tali sepatunya, tiba-tiba t-shirt merah disodorkan dileher kanannya. refleks, Jinki menoleh dan kibum yang Kibum menyodorkan t-shirt merah itu. “Kau lupa baju latihanmu!” ia menambahkan dengan nada datar, dan kemudian memasukkan t-shirt ke ransel Jinki. “Terima kasih!” kata Jinki tidak lupa dengan senyum di wajahnya. Tapi, lagi-lagi senyumannya itu malah mendapatkan tatapan simpati dari mata yang terlihat setengah-kosong dari Kibum. “kau ada masalah?!?” kataJinki mulai bingung.
“Kapan kau akan pulang?” Kibum malah balik bertanya.
Dengan nada bercanda dan tersenyum lebar Jinki menjawab “kenapa? Kamu sudah rindu padaku?”.

“Ya!” Kibum menjawab dengan nada datar dan ekspresi datar juga.
Itu, entah bagaimana ketika Jinki mendengarnya, meskipun mungkin itu adalah jawaban lelucon, untuk pertanyaan candaannya, ia merasakan cahaya hangat masuk menutupi hatinya.
Tapi, kemudian ia kembali kembali ke jiwanya, berbalik menuju pintu lalu berbalik ke arah Kibum “mungkin, malam ini aku pulang!” katanya. Dia mencengkeram pegangan pintu, menekannya dan melangkah keluar. Dengan senyum lebar, ia berkata kepada dirinya sendiri “Aku adalah Onew!”.

//But where will you go?//
//With no one left to save you from yourself//
//You can’t escape//You can’t escape//

Suara tawa, cahaya silau lampu-lampu, pakaian modis, lelucon, para penghibur. Dengan wajah datar, Kibum menekan tombol remote asal. Jarinya berhenti tiba-tiba ketika layar tv menampilkan gambar sebuah wajah yang familiar.
“Ah! Itu programnya Onew-! Hyung!” suara cerah Taemin lalu duduk di lantai, di samping kaki Key.
“oh ya?! Aku juga ingin melihatnya!” Minho ikut-ikutan duduk di samping Taemin.

gyahahahahahahahaha!
mwahahaha! apa yang dia lakukan?!
Tawa Taemin dan Minho tidak bisa dihentikan, mereka bahkan kadang-kadang memukul-mukul lantai untuk menahan tawa mereka.
“Beneran deh! Daebak Onew-hyung!” Minnho menggeleng, tatapannya masih tertuju pada layar TV.
” Haha Dia pro! Dia benar-benar cocok dengan tawa, iya kan Key-hyung?!” kata Taemin sambil melihat kearah Key yang duduk di sofa.
“Hmph, yeah… benar!!cocok dengan tawa!” katanya, menyeringai.
“Kenapa? orang ini! Sibodoh ini, bahkan tertawa seperti itu?!” Geram Kibum dalam hatinya.

//You think that I can’t see right through your eyes?//
//Scared to death to face reality//
//No one seems to hear your hidden cries//
//You’re left to face yourself alone//

Jinki, melihat jam tangannya, itu menunjukkan jam 2 pagi. Ia masuk lift sendirian, dia menekan tombol bertuliskan angka 14. Sendirian di sebuah ruangan kotak kecil, mata Jinki melihat pantulan dirinya dari pintu lift. Dia melihat pantulan seorang anak laki-laki, berpakaian modis dan rapi, dengan wajah lelah berdiri sendirian.

Perasaan itu datang lagi, perasaan kosong, dingin dan curiga. Dia kehilangan sesuatu, kehilangan dirinya. Dia bersandar di dinding lift, matanya tertutup. Entah sejak kapan ia merasa perasaan seperti ini?. Perasaan kosong, yang membuat hatinya menjadi dingin dan merasa curiga kepada semua orang. Takut, jika mereka membencinya, takut, jika mereka meninggalkan dia sendirian pada akhirnya.

Lift berhenti ketika lampu menunjukkan angka 14, pintu lift terbuka, Jinki membuka matanya, ia melangkah keluar dari lift, ia melangkah dengan lelah. Menyentuh saku jaketnya, ia mengeluarkan kartu kunci dorm-nya, membuka pintu, dan dengan enggan ia masuk ke dalam dorm yang sepi.
Dia terbiasa dengan situasi sepi ini, ia melepas sepatu dan masuk. Dia sedikit terkejut ketika ia melihat lampu dapur masih menyala. Hati-hati dia melangkah ke dapur, ia melihat seorang anak laki-laki dengan piyama pink, sibuk berurusan dengan meja dapur.
“Kibum?!” panggil Jinki.
Kibum menoleh “ah, kau pulang!” katanya singkat.
“Apa yang kamu lakukan?” kata Jinki mengingat ini bukan waktu yang normal untuk berada di dapur.
“Kamu tidak lihat? aku memasak!?” katanya datar.
“Maksudku …. kau tidak tidur?”
“Kau bilang, kau akan pulang malam ini, kan?!” kata-kata ini menyentuh hati Jinki, membuatnya merasa sedikit nyaman.
“Kamu … menunggu ku?”
“Ini!! minum ini!” Kata Kibum sambil menyerahkan segelas susu karamel hangat.
Jinki menerimanya dan minum perlahan-lahan.

Minuman ini sangat hangat! melalui tenggorokan Jinki bahkan itu menghangatkan hatinya. Dia mengangkat kepala, melihat Kibum duduk di depannya, menatapnya dengan lekat. Dia menggelengkan kepalanya.
“Kibum, seharusnya kau tidur! Jangan membuat jam kerjaku sebagai seorang leader, jadi bertambah lama!” katanya dengan nada otoritas.
“Baiklah~tapi, kau juga harus tidur!”
“Tidak usah kau ingatkan-pun! Aku memang mau tidur~ Hehe!” Dia mencoba tertawa, tapi Kibum tidak tertawa.
“Emmm oke, Kamu tidur duluan, nanti aku menyusul! aku mau mandi dulu!” kata Jinki akhirnya, setelah strategi tawanya tidak bekerja.
Jinki berjalan ke kamar mandi, dia masih bisa merasakan bahwa Kibum masih menatapnya.

//But where will you go?//
//With no-one left to save you from yourself//
//You can’t escape the truth//I realise you’re afraid//
//But you can’t abandon everyone//You can’t escape//

“Aku bilang kau bisa tidur duluan, kan?” kata Jinki ketika memasuki ruangan masih dengan senyum di wajahnya.
“Ya, aku mau tidur!” Kibum menjawab, sambil bangun dari kasurnya.
“Eh ? bukannya kamu mau tidur?! kenapa bangun?”
Kibum tidak peduli dengan pertanyaan Jinki, ia berjalan menuju soket dan mematikan lampu.
“Eh? Kamu nggak suka gelap, kan?”
“Aku bisa! aku bisa Tidur di ruangan gelap!” Kibum mencoba mengikuti irama Jinki.
“Jangan memaksakan diri sendiri! aku bisa tidur seperti biasa, dalam selimutku!!” Jinki sambil tertawa.
“aku bilang, aku bisa!” kata Kibum, suaranya meninggi.
Untuk beberapa waktu, Jinki hanya menatap Kibum dalam gelap.
“Ah, baiklah! Terserah kau saja!”
“Mau kemana kamu?” Kibum setengah kaget, ketika Jinki bahkan melewatinya dan keluar dari kamar.
“tidur saja duluan! Aku pikir, Aku masih ingin menonton acara favoritku!” Jinki berbalik dan tersenyum berjalan menuju ruang tengah.
Kibum hanya bisa melihat punggung yang sekarang dengan tenang, berjalan menjauh darinya.
Kibum meras sedih! Kenapa orang yang begitu dia perdulikan, tidak juga mengerti maksudnya?!. ‘Yahh! Lee Jinki! Aku peduli padamu! ‘.

//I’m so sick of speaking words that no one understands//
//Is it clear enough that you can’t live your whole life all alon//
//I can hear you in a whisper//But you can’t even hear me screaming//

Jinki duduk di sofa, dia masih di depan tv, meskipun tv itu tidak dia tonton. Dia duduk meringkuk memeluk lututnya. Matanya tampak kosong, seperti hatinya yang juga kosong!. Hanya banyak hal yang berkumpul bersama-sama dalam pikirannya. Otaknya penuh! hampir meledak, ia mencengkram kepalanya erat-erat. Sadar cairan panas keluar dari kelopak mata nya. Meskipun ia memejamkan mata, air mata masih belum mau berhenti. Jinki hilang di dunia gelapnya, penuh dengan kesepian dan ketidakberdayaan.

Diba-tiba ia merasakan sentuhan hangat di lehernya, dari tangan yang merangkul lehernya, dan memeluk kepalanya, menarik Jinki dalam sebuah pelukan.

Jinki bisa mencium aroma bunga lily dan stroberi dari pelukan itu, ketika ia mencoba untuk membuka matanya, dia hanya bisa melihat leher pucat, yang kontras dengan kerah piama pink.

“Aku sudah bilang aku bisa!! Aku bisa, tidur dalam ruangan gelap!” suara Kibum gemetar. “kalau kamu tidak mengerti, aku bisa tidur dalam gelap! Aku bisa, selama kamu menunjukkan wajahmu, wajah… yang selalu bersembunyi di balik selimut itu disetiap malam!” sekarang, bahkan suara Kibum seperti isakan.

Jinki merasakan kehangatan tempat berlindung, hatinya mulai terisi dengan angin hangat, dari aroma manis yang dihirupnya. Pikirannya yang hampir meledak, sedikit demi sedikit mulai bernapas.
“… Dan ….. ketika aku menerima kehangatan seperti ini, akan muncul bayangan-bayangan…bagaimana jika orang yang mendapatkan cinta mereka itu, adalah aku yang lain? Aku yang tersenyum dan bekerja keras?! Bagaimana jika tidak ada ketulusan dari senyum mereka? … bagaimana jika .. “ia menangis, dalam pelukan hangat Kibum.
Kibum memeluknya lebih erat, Jinki bisa merasakan rambutnya basah oleh air mata Kibum. “Aaaarrgh, dunia seperti ini! aku benci dunia yang penuh kebohongan ini!” Jinki berteriak melampiaskan hatinya yang sesak. Jinki merasa lelah dengan dunianya yang sekarang. Dunia, yang bahkan tidak bisa membedakan antara senyum tulus dan senyum untuk uang. “Aku …. lelah!” ia menangis lemah.
Hanya beberapa detik setelah semua pikiran Jinki bocor, Kibum menundukkan wajahnya. Mensejajarkannya dengan wajah Jinki. Menyentuhkan bibirnya dengan bibir Jinki. Jinki refleks menutup matanya, ia merasakan kehangatan menyebar ke seluruh tubuhnya ketika bibir merah muda itu menyentuh bibirnya.
“Apa bayangan-bayangan itu masih muncul? Masih berpikir kalau semua yang ku lakukan adalah kebohongan?!”
Tidak ada jawaban dari Jinki, dia hanya menikmati kehangatan yang baru dirasakannya, dan hanya menatap Kibum dengan mata yang masih basah.

“Kamu bisa datang ke duniaku, kalau kau lelah dengan duniamu!” kata Kibum dalam isak nya.

Meskipun dunia nyata mereka sama, tetapi dunia yang mereka miliki itu berbeda. Dunia Onew yang penuh tanggung jawab, yang tidak dapat meletakkan tangan Jinki didalamnya. Berbeda dengan dunia Key yang membawa Kibum bersama didalamnya, untuk menghadapi dunia yang penuh kebohongan tempat mereka harus hidup.

Jinki merasa aman, ia membiarkan kepalanya bersandar pada bahu Kibum dan merasa hatinya sangat nyaman. Nyaman, karena ia tau bahwa ada tempat lain yang menerima dia sebagai Jinki. Dan seseorang yang akan menemani dia dan menerima dia, sebagai Jinki ataupun Onew. Tempat yang Milik hatinya.

//Where will you go?//With no-one left to save you from yourself//
//You can’t escape the truth//I realise you’re afraid//
//But you can’t reject the whole world//
//You can’t escape//You won’t escape//You can’t escape//
//You don’t want to escape//

Pernah di post di sini

15 thoughts on “Where Will You Go?

  1. wakaka..
    ternyata..
    si oppa Key homo.. @_@
    haha..
    oppa Key cocok jadi cewek ya.. –”
    seandainya dia cewek, wah so sweet bgt.. :D
    ini aja udah so sweet.. :D

    bagian yg bikin ane ketawa ini..
    “…Dia memakan sepotong besar pancake kedalam mulutnya sekaligus…”
    wakaka, oppa Onew, ada-ada aja.. :D

    ceritanya menyentuh, seperti sepasang kekasih yang saling menyayangi lewat hati yang paling dalam.. :D
    cuman ini cowok ama cowok..
    hahaha unik.. G_G
    nice story.. :D

  2. arrrggghhh, kenapa harus ada adegan ciuman itu???
    bagaimana mungkin suamiku (baca: onew) selingkuh dengan selingkuhanku (baca: key)???

Leave a reply to SHL Cancel reply